TIMES MINAHASA, JAKARTA – Pakistan tengah dilanda banjir bandang setelah hari Jumat hujan deras mengguyur. Setidaknya 344 orang dinyatakan tewas dan 150 orang lainnya masih dinyatakan hilang.
Para pejabat Pakistan para korban sebagian besar berasal dari Provinsi Khyber Pakhtunkhwa, tempat hujan deras terjadi yang memicu banjir besar pada hari itu.
Pakistan saat ini sedang dilanda hujan monsun yang dahsyat, sehingga jumlah korban tewas melonjak hingga hampir 650 orang sejak 26 Juni. Khyber Pakhtunkhwa adalah provinsi yang paling terdampak, terutama distrik Buner.
Upaya penyelamatan terhambat oleh tanah longsor dan infrastruktur yang rusak, meskipun hampir 2.000 personel dan Angkatan Darat Pakistan telah dikerahkan.
Pakistan tengah kini tengah bergulat dengan hujan monsun yang tiada henti, dan para pejabat memperingatkan akan terjadinya hujan yang lebih lebat dalam beberapa hari mendatang.
Hari Minggu (17/8/2025) kemarin, Departemen Meteorologi Pakistan mengeluarkan peringatan baru, yang memperingatkan hujan lebat di seluruh negeri, mulai 17 hingga 21 Agustus. Badan ini mengimbau penduduk di wilayah barat laut untuk mengambil "tindakan pencegahan" di tengah kekhawatiran akan banjir yang semakin parah.
Badan Penanggulangan Bencana Nasional (NDMA) mengatakan hujan lebat yang dimulai lebih awal dari biasanya tahun ini, diperkirakan akan terus berlanjut dengan intensitas yang lebih besar selama dua minggu ke depan.
Khyber Pakhtunkhwa memang mengalami dampak paling parah dengan jumlah kematian mencapai 327 orang.
Distrik Buner sendiri telah melaporkan lebih dari 200 kematian, menjadikannya wilayah yang paling parah terdampak. Setidaknya 137 orang terluka di seluruh provinsi akibat rumah-rumah yang runtuh dan arus deras yang menyapu penduduk, ternak, dan kendaraan.
Upaya penyelamatan mengalami kesulita meskipun hampir 2.000 personel telah dikerahkan, karena mereka menghadapi tanah longsor, jembatan yang ambruk, dan jalur penghubung yang putus
"Hujan deras, tanah longsor, dan jalan yang tergenang sangat menghambat upaya penyelamatan, terutama pengangkutan alat berat dan ambulans," kata juru bicara badan penyelamat Khyber Pakhtunkhwa, Bilal Ahmed Faizi seperti dilansir Times of India.
Di beberapa daerah para pekerja terpaksa berjalan jauh untuk mencapai lokasi bencana. Mereka berusaha mengevakuasi korban selamat, tetapi hanya sedikit yang berhasil mengungsi karena kematian kerabat atau orang terkasih mereka yang terjebak di reruntuhan.
Wakil Komisaris Buner, Kashif Qayum Khan mengatakan bahwa tim penyelamat sedang mencari rute alternatif untuk mencapai area yang terputus. "Masih banyak orang yang mungkin terjebak di bawah reruntuhan, yang tidak bisa dibersihkan secara manual oleh warga setempat," ujarnya.
Tim Pencarian dan Penyelamatan Perkotaan (USAR) Korps Zeni Angkatan Darat Pakistan juga telah meluncurkan operasi di Buner, Shangla, dan Swat.
Mereka menggunakan peralatan canggih, mereka berupaya mengevakuasi korban-korban yang terjebak di bawah reruntuhan sekaligus memperbaiki jalan dan jembatan yang rusak. Penduduk desa setempat telah bergabung dalam upaya ini, menyisir puing-puing dengan tangan kosong.
Upacara pemakaman digelar di desa-desa yang hancur, sementara para penyintas berjuang keras mencari diantara reruntuhan dengan tangan. "Saya membantu mengevakuasi jenazah anak-anak yang saya ajar," kata Saifullah Khan, seorang guru di Buner. "Traumanya tak tertahankan," tambahnya.
Pada hari Sabtu, Kepala Daerah Khyber Pakhtunkhwa, Ali Amin Khan Gandapur mengunjungi Buner untuk meninjau operasi penyelamatan dan bantuan. Menurut pengarahan yang diberikan kepadanya, hujan deras melanda tujuh dewan desa di distrik tersebut, menghancurkan 5.380 rumah. Sejauh ini, 209 kematian telah dikonfirmasi, dengan 134 orang masih hilang dan 159 orang luka-luka.
Times of India melaporkan, petugas penyelamat, dokter, paramedis, polisi, relawan pertahanan sipil, dan tiga batalyon Angkatan Darat Pakistan bekerja sama. Sekitar 3.500 orang yang terlantar telah dievakuasi ke tempat aman, sementara pencarian orang hilang terus berlanjut. Gandapur berjanji bahwa pemerintah provinsi akan memberikan dukungan penuh.
"Upaya rehabilitasi korban banjir tidak akan diabaikan. Pemerintah provinsi akan menyediakan semua sumber daya yang diperlukan sebagai prioritas," ujarnya. Ia juga mengumumkan pencairan dana sebesar Rp1,5 miliar untuk bantuan dan rehabilitasi.
Pihak berwenang kini telah menyatakan enam distrik, Buner, Bajaur, Swat, Shangla, Mansehra dan Battagram, sebagai wilayah yang dilanda bencana.
Secara nasional, NDMA melaporkan bahwa hujan monsun yang deras telah menyebabkan lebih dari 650 orang meninggal dan 905 orang terluka musim ini.
Banjir juga telah menghancurkan ternak, toko, kendaraan, dan infrastruktur vital. Meskipun beberapa jalan utama telah dibuka kembali sementara pada hari Sabtu, banyak daerah terpencil masih terputus.
Raja Saudi dan Putra Mahkota sempat menyampaikan belasungkawa kepada Presiden Pakistan akibat korban banjir yang melanda Pakistan terutama Pakstan Tengah dengan jumlah korban yang mencapai 344 orang dan 150 orang lainnya hilang itu. (*)
Artikel ini sebelumnya sudah tayang di TIMES Indonesia dengan judul: Pakistan Dilanda Banjir Bandang, 344 Orang Tewas dan 150 Lainnya Hilang
Pewarta | : Widodo Irianto |
Editor | : Ronny Wicaksono |